Thursday, December 11, 2014

THOMAS KHUN



A.    Pendahuluan
Perkambangan sains di era modern sangat fantastis menyebabkan banyak ditemukan teori ilmiyah (scientific truth) dan temuan alamiyah (naturaled truth) dibuktikan banyak bermunculan teori pengetahuan dan teknologi. Hal ini menggugah Thomas Kuhn dalam magnum opus-nya yakni the structure of scientific Revolutions mengkritisi kebenaran implisit dan eksplisit yang eksis didalam sains itu sendiri.
Thomas Khun diispirasi dari keahliannya dalam ilmu fisika mencoba mengungkapkan secara detail dan argumentatis kedudukan sains secara teoritis dan praktis. Dewasa ini sains menjadi improvisasi berupa evaluasi dari teori / konsep sederhana menuju teori/konsep yang lebih sempurna, namun Khun menolak secara keras konsep demikian baginya kebenaran sains ditemukan oleh satu obejek akan terus menerus berubah walaupun kesan yang muncul lebih identik sebagai improvisasi tapi Kuhn mengidentifikasi itu sebagai revolusi.[1]

Pada makalah ini akan membehas tentang Keilmuan Paradigma Thomas S. Khun yang meliputi menjelaskan krangka dasar teeori keilmuan Padadigma Thomas S. Khun dan Kriterian ilmiah dan pengembangan ilmu serta konsekuensinya dalam kerja ilmiah.

A.     
B.     Biografi Thomas S. khun
Thomas S. Kuhn dialahirkan pada 18 Juli 1922 tepatnya di Cincinnanti, Ohio, Amerika Serikat. Pada tahun 1949 ia memperoleh gelar Ph.D dalam bidang ilmu Fisika di Havard University, ditmpat yang sama kemudian dia kemudian bekerja sebagai asisten dosen dalam bidang pendidikan u, Kuhn um dan sejarah ilmu. Pada tahun 1956 kuhn menerima tawaran kerja di Universitas California, Barkeley sebagai dosen dalam bidang sejarah sasins. Pada tahun 1964, ia mendapat anugerah guru besar (professor) dari Pricebton University dalam bidang filsafat dan sejarah sains. Selanjutnya pada tahun 1983 ia dianugerahi gelar professor untuk sekian kalinya, kali ini daari Massachustts institute of Uniersity. Thomas Khun menderita penyakit kangker selama beberapa tahun terakir masa hidupnya, yang pada akirnya meninggal dunia pada hari senin 17 Juni 1996 dalam usia 73 tahun.[2]
Karya Kuhn cukup banyak, namun yang paling terkenal dan mendapat sambutan dari para filusuf ilmu dan ilmuwan pada umumnya adalah The Structure of Scientific Revolutions, sebuah buku yang terbit pada tahun 1962 oleh University Of Chicago press. Buku itu sempat terjual lebih dari satu juta copy  dalam 16 bahasa dan direkomendasikan menjadi bahan bacaan dalam kursus-kursus atau pengejaran yang berhubungan dengan pendidikan, sejarah, psikologi, riset, filsafat sains dan sejarah.
Dalam karyanya Kuhn menggunakan model politik dalam menjelaskan perkembangan sains. Kuhn memakai istilah revolusi untuk menggambarkan proses invensi (invention) dalam sains dan memberi penekanan serius pada aspek wacana ilmiah, bagi Kuhn, revolusi ilmiah dan revolusi politik memiliki karakter yang sama. Keduanya terbentuk dari presepsi yang ada dimasyarakat bahwa institusi dimana mereka berada sudah tidak bekerja dengan baik.presepsi ini lalu menstimulus lahirnya krisis yang menuju pada revolusi dengan tujuan perubahan institusional.[3]
C.    krangka dasar teeori keilmuan Padadigma Thomas S. Khunuc
karya-karya atau temuan-temuan Khun kemudian diterbitkan didalam The Structure of Scientific revolution yang memang cukup menggungcang dominasi paradigma posifistik. Didalam bukunya itu ia mengungkapkan bahwa ilmuan bukanlah para penjelajah berwatak pemberani yang menemukan kebenaran-kebenaran baru. Mereka lebih mirip para pemecah teka-teki yang bekerja didalam pandangan dunia yang sudah mapan. Khun memekai istilah ‘paradigma’ untuk menggambarkan sistem keyakinan yang mendaari upaya pemecahan teka-teki di dalam ilmu. Dengan menggunakan istilah paradigma Khun  ia permaksud mengajukan sejumah contoh yang telah diterima tentang praktek ilmiyah nyata. Termasuk didalamnya hokum, teori, aplikasi, dan instrumentasi yang meneyediakan model-model, yang menjadi sumber konsistensi dari tradisi risetilmiah tertentu. Menurut Khun tramadisi-tradisi inilah yang oleh sejarah ditempatkan dalam rubik-rubik seperti ‘Ptolemac Astronomy’ (atau Copernican), ‘Aristotelian Dynamic’(atau New tonian),’copuscular optics’ atau (wave optics) dan sebagainya.[4]
Dalam jagad ilmu pengetahuan dimasa kini, perbindangan tentang paradigma dan revolusi ilmu pengetahuan tidak dapat dilepaskan dari pendangan Thomas Khun. Dalam bukunya The Stucture of Scintific revolution (1970). Khun mengatakan bahwa perubahan dalam ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah perubahan paradisgma atau cara pandang suatu persoalan.[5]
D.    Perkembangan Ilmu dan Konsekuensinya dalam kerja Ilmiah
Menurut Khun, proses perkembangan ilmu pengetahuan manusia tidak dapat dilepas dari ‘normal science’ dan ‘revolutionary scince’. Semua ilmu yang telah ditulis dalam textbook adalah termasuk dalam wilayah ‘normal science’ adapun normal science bermakna penyelidikan yang dibuat oleh suatu komunitas ilmiyah dalam usahanya menafsirkan alam ilmiyah melalui paradigma ilmiyahnya. Sains normal adalah usaha sungguh-sungguh dari ilmuan untuk menundukan alam masuk kedalam kotak-kotak konseptual yang disediaan paradigma ilmiah dan, unuk menjelaskan, diumpamakan sains normal itu seabgai tempat menyelesaikan masalah teka-teki. Menggunakan gambar pada kotak untuk membimbingnya dalam menyelesaikan teka-teki itu, maka suatu paradigma ilmiah member komunitas ilmiyah suatu gambaran tentang bagaimana sepatutnya bentuk dunia ilmiah mereka, yang sengan begitu semua seppihan-serpihan penyelidikan ilmiyah digabungkan satu sama lain. Kemajuan dalam bidang sains normal diukur banyaknya serpihan dari teka-teki yang telah dikumpulkan (yakni berapa banyak lingkungan ilmiyah yang dapat diamati dan dipahami oleh komunitas ilmiyah tersebut) semakin banyak lingkungan ilmiyah dapat diterangkan oleh suatu komunitas ilmiah semakin besar pula kemajuan dicapainya. Begitulah ‘paradigma’ berkaitan erat dengan sains normal.[6]
Dalam periode ‘revolutionary science’ hampir semua kosa kata, istilah-istilah, konsep, konsep, idom-idom, cara menyelesaikan persoalan, cara berpikir, cara mendekati persoalan berubah dengan sendirinya. Sudah barang tentu, khazanah intelektual yang lama masih dapat dimanfaatkan sejauh ini masih menyentuh persoalan yang dihadapi. Tetapi, jika cara pemecahan persoalan model lama memang sama sekali tidak dapat digunakan untuk memecahkan persoalan yang datang kemudian, maka secara otomatis dibutuhkan seperagkat cara, rumusan dan wawassan yang sama sekali baru untuk memecahkan persoalan-persolan yang baru, yang timbul sebagai akibat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, yang berakibat pula pada perluasan wawasan dan pengalaman manusia itu sendiri. Anomlies seperti digambarkan ini misalnya yang terjadi pada pola dan tatacara pemecahan masalah yang diajukan Newton kemdian disempurnakan dan dikoreksi oleh Einstein.[7]
            Pandangan Khun berbeda dengan image tradisional tentang ilmu sebagai penerimaan atas pengetahuan secara progresif, gradual dan kumulatif yang didasarkan pada krangka eksperimental yang dipilih secara rasional, Khun menunjukan ilmu normal sebagai upaya dogmatis. Jika kita menganggap teori-teori ilmiah yang sudah ketinggalan zaman seperti dinamika Aristotelian, kimia fogistis, atau termodinamika kalori sebagai mitos, menutut khun, kita bisa sama-sama bersilak logis untuk mengangap teori-teori saat ini sebagai irrasional dan dogmatis.[8]


E.     Penutup
Demikianlah dalam pandangan Khun, perkembangan dan kemajuan ilmiyah bersifat revolusioner, bukan evolusi dan akumulatif sebagaimana anggapan sebelumnya. Perkembangan ilmu tidak disebabkan oleh dikuatkan dan dibatalkannya oleh sebuah teori, tetapi lebih disebabkan oleh pergeseran paradigma, pada umumnya paradigma adalah hasil kostruksi social para ilmuan (komunitas ilmiah) yang merupakan seperangkat keyakinan mereka sebagai cara pandang terhadap dunia dan contoh-contoh prestasi atau praktek ilmiah kongkrit.
Paradigma memiliki cara kerja dan revolusi ilmiah dapat digambarkan secara umum kedalam tahap-tahap sebagai berikut: tahab pertama ,Paradigma ilmu membimbing dan mengarahkan aktifitas ilmiah dalam masa lampau normal (normal science), tahap kedua, menumpuknya anomali menimbulkan krisiskepercayaan para ilmuan terhadap paradigma dan tahap ketiga, para ilmuan bisa kembali lagi kepada cara-cara ilmiyah yang lama sembari memperluas dan mengembangkan suatu paradigma tandaingan yang dipandang bisa memecahkan masalah dan membimbing aktivitas ilmiah berikutnya. Proses peralihan dari paradigma lama ke paradigma baru inilah yang dinamakan revolusi ilmiah.


F.       DAFTAR PUSTAKA


[1]Nurkhalish, Konsep Epistimologi paradigma Thomas Khun.  Dalam Jurnal Substantia, Vol. 14, No. 2, Oktober, 210

[2] Mohammad Muslih, Filsafat Ilmu, Kajian atas  Asumsi Dasar, Paradigma dan Krangka Teori Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Belukar, 2004),p.125 
[3] Ibid, p. 126
[4] Ibid, p. 126
[5] Heddy Shri Ahimsa putra. Paradigma dan Revolusi ilmu dalam Antropologi Budaya Sketsa beberapa Episode. Desertasi S3 Universitas Gadjah Mada, Nopember 2008
[6] Mohammad Muslih, Filsafat Ilmu, Kajian........, 130
[7] Mohammad Muslih, Filsafat Ilmu, Kajian........, 132
[8] Mohammad Muslih, Filsafat Ilmu, Kajian........, 133

No comments:

Post a Comment