Friday, December 19, 2014

contoh review jurnal 1


REVIEW JURNAL

ACCELERATED LEARNING DALAM PROSES PEMBELAJARAN DAN E-LEARNING SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN

(ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan Islam)





NAMA
BUDI SANTOSO (14160049)
DOSEN PENGAMPU
SYARIFAN NURJAN, MA


MAGISTER PENDIDIKAN ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
2014




KATA PENGANTAR
Segala  puji  hanya  milik  Allah SWT.  Shalawat  dan  salam  selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW.  Berkat  limpahan  dan rahmat-Nya penyusun  mampu  menyelesaikan  tugas  review jurnal ini guna memenuhi tugas  mata kuliah Psikologi Pendidikan Islam
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang kaitan dengan Psikologi Pendidikan Islam yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari jurnal yang kami dapatkan di Goole Cendikia. Review ini di tulis oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Allah akhirnya review ini dapat terselesaikan.
Semoga review ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para mahasiswa Universitas Muhamadiyah Ponorogo, Saya sadar bahwa review  ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu,  kepada  dosen  pembimbing  saya  meminta  masukannya  demi  perbaikan  pembuatan Review  saya  di  masa  yang  akan  datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca.


                                                                                                            Reviewer









A.    PENDAHULUAN
Dalam beberapa tahun terakhir, perlu disadari bahwa terdapat berbagai perkembangan yang akan mendorong perubahan metode pembelajaran. Dikenalnya teori kecerdasan majemuk yang sesungguhnya telah berkembang di sekitar tahun 1980-an (Gardner, 2003), telah memicu kreativitas dalam pengembangan metode pembelajaran. Teori kecerdasan majemuk ini menjelaskan bahwa setiap orang memiliki kecerdasan yang berganda, dan kapasitas untuk masing-masing kecerdasan tersebut berbeda-beda untuk setiap individu.
Atas dasar itulah,maka terlahirlah pemikiran untuk membuat artikel jurnal yang berjudul ‘Accelerated Learning dalam Proses Pembeajaran dan E-learning sebagai Alat Bantu Pembelajaran’ ini kami pilih untuk menyelesaikan tugas Review jurnal kami. Tentunya tulisan ini bukan Firman Tuhan karena itu kami mencoba untuk mengkritisi Artikel itu baik dari berbagai sudut pandang

B.     RINGKASAN JURNAL
1.      Identitas Jurnal
Judul
Accelerated Learning dalam Proses Pembelajaran dan E-learning sebagai Alat Bantu Pembelajaran
Penulis
Yenni M. Djajalaksana
Nama Jurnal
Jurnal Informatika UKM,
Edisi
Vol.I, No. 1, Juni 2005: 21-29

2.      Ringkasan Jurnal

a.       Kecerdasan Majemuk

Dalam beberapa tahun terakhir, perlu disadari bahwa terdapat berbagai perkembangan yang akan mendorong perubahan metode pembelajaran. Dikenalnya teori kecerdasan majemuk yang sesungguhnya telah berkembang di sekitar tahun 1980-an (Gardner, 2003), telah memicu kreativitas dalam pengembangan metode pembelajaran. Teori kecerdasan majemuk ini menjelaskan bahwa setiap orang memiliki kecerdasan yang berganda, dan kapasitas untuk masing-masing kecerdasan tersebut berbeda-beda untuk setiap individu.

Gardner (2003) menyatakan, bahwa “…tes IQ hanya mengukur kemampuan logika atau logika-matematika, dalam masyarakat ini kita dapat dikatakan telah “cuci otak” untuk membatasi pengertian kecerdasan pada kemampuan yang dipakai dalam menyelesaikan masalah logika dan linguistik.” Pernyataan tsb. menunjukkan ketidakcukupan metode-metode pembelajaran selama ini yang terlalu banyak difokuskan pada kedua jenis kemampuan tersebut, yang tercermin dari tes-tes ujian saringan masuk, khususnya ke perguruan tinggi.

Dalam perkembangan terakhir di tahun 2005, teori kecerdasan majemuk ini telah mengungkapkan sejumlah sembilan kecerdasan majemuk yang terdiri dari kecerdasan linguistic, mathematical, musical, spatial, bodily/kinesthetic, interpersonal, intrapersonal, naturalist dan existential (Dover, 2005). Untuk dapat mengembangkan setiap jenis kecerdasan tersebut, perlu dilakukan metode yang berbeda-beda, dan inilah tantangan yang perlu dihadapi dan ditangani oleh para pendidik.
b.      Accelerated Learning

Sebelum dikenalnya konsep kecerdasan majemuk, telah terjadi perkembangan dari metode pembelajaran tradisional menjadi metode pembelajaran accelerated learning, yaitu sekitar tahun 1970-an sejak penerbitan sebuah buku berjudul Superlearning yang dikarang oleh Lynn Schroeder dan Sheila Ostrander (Meier, 2002). Metode accelerated learning telah mengubah metode pembelajaran yang tradisional, yang memiliki ciri-ciri yang banyak bertolak belakang dari pengertian di masa lampau (Tabel 1).

Perbandingan antara Metode Belajar Tradisional dan Accelerated Learning (Sumber: Meier, 2002, hlm. 35)
Belajar Tradisional
Accelerated Learning
Kaku
Luwes
Muram dan serius
Gembira
Satu jalan
Banyak jalan
Mementingkan sarana
Mementingkan tujuan
Bersaing
Bekerja sama
Behavioristis
Manusiawi
Verbal
Multi-indriawi
Mengontrol
Mengasuh
Mementingkan materi
Mementingkan aktivitas
Mental (kognitif)
Mental/emosional/fisik
Berdasarkan waktu
Berdasarkan hasil

Metode accelerated learning yang adalah merupakan percepatan dan peningkatan pembelajaran, telah banyak menghasilkan percepatan pemahaman atas berbagai materi pembelajaran, yang terbukti sangat efektif (Meier, 2002).

Metode ini memiliki prinsip-prinsip berikut (Meier, 2002, hlm.54-55):

1.      Belajar melibatkan seluruh pikiran dan tubuh dengan segala emosi, indra dan syarafnya.

2.      Belajar adalah membuat orang berkreasi, bukan sekedar mengkonsumsi pengetahuan atau informasi.
3.      Kerja sama membantu proses belajar, maka belajar kelompok memiliki hasil lebih baik daripada individu yang belajar sendiri.
4.      Pembelajaran berlangsung pada banyak tingkatan secara simultan (sadar dan bawah sadar, mental dan fisik).
5.      Belajar berasal dari mengerjakan pekerjaan itu sendiri (dengan umpan balik).
6.      Emosi positif sangat membantu pembelajaran.
7.      Otak-visual (atau Citra) menyerap informasi secara langsung dan otomatis.

c.       Accelerated Learning untuk Pembelajaran Materi Teknologi Informasi

Sudah menjadi suatu gambaran di benak banyak orang bahwa pembelajaran materi Teknologi Informasi (IT) biasanya terjadi di dalam lingkungan yang sangat high-tech di mana para individu bekerja sendiri di setiap terminal komputer. Biasanya terdapat PowerPoint® slides yang membosankan, manual yang berisi banyak screen shots, instruksi yang kompleks untuk latihan-latihan, kuliah dan pendekatan “satu untuk semua” (one-size-fits-all). Persepsi yang didapatkan adalah mempelajari materi IT itu mahal, sulit dan membosankan (Collins, 2002).

Lalu, bagaimana dengan para pendidik di Jurusan Teknik Informatika, Sistem Informasi, Ilmu Komputer, ataupun Jurusan-Jurusan lainnya yang memberikan berbagai materi IT dengan cara yang membosankan tersebut? Ini adalah tantangan yang luar biasa, lebih lagi apabila mahasiswa memiliki motivasi belajar yang rendah karena dipaksa orang tuanya untuk masuk di bidang IT yang kurang digemarinya? Fenomena ini bukanlah hal yang aneh, khususnya di Indonesia.

d.      Kesimpulan

Perkembangan metode pembelajaran di dunia pendidikan sampai kini sangatlah pesat, dan banyak alternatif yang dapat digunakan. Dengan dikenalnya teori kecerdasan majemuk, adalah penting bagi para pendidik untuk dapat berkreasi untuk membuat pembelajaran menyenangkan dan lebih mudah bagi setiap individu yang berbeda. Satu metode yang sama untuk semua individu tidaklah lagi mencukupi kebutuhan.
Dalam perkembangan metode pembelajaran, dikenal metode accelerated learning yang bertolak belakang dengan metode tradisional. Di antaranya yang paling menonjol adalah bahwa metode accelerated learning menggunakan pembelajaran secara menyeluruh, baik pikiran dan tubuh, yang memungkinkan untuk para individu untuk lebih berkreasi, lebih lagi dalam situasi kerjasama. Pembelajaran dalam seluruh tingkatan dan mendorong pembelajaran yang berasal dari pribadi masing-masing, yang dibantu oleh emosi positif dan otak-visual.
Pembelajaran materi IT seringkali sangatlah membosankan dan sulit dimengerti oleh mahasiswa, maka perlulah diterapkan metode accelerated learning tersebut. Terdapat tujuh kelengkapan yang diperlukan agar pembelajaran materi IT dengan metode accelerated learning dapat berjalan yaitu state (kondisi), input (masukan), explore (jelajah), consolidate (gabungkan), show you know (tunjukkan apa yang telah mereka pelajari), review (pengulangan) dan follow-up (tindak lanjut).
E-learning juga dapat digunakan untuk membantu proses pembelajaran dengan metode accelerated learning, dan khususnya terdapat banyak pilihan e-learning yang dapat digunakan, seperti game dan simulasi yang telah banyak tersedia di pasaran.

C.     PEMBAHASAN
a.       Kelebihan Jurnal
Pada hakekatnya Artikel Jurnal yang berjudul dampak Accelerated Learning dalam Proses Pembelajaran dan E-learning sebagai Alat Bantu Pembelajaran ini sangatlah menarik. Bersifatezt modern dan menggunakan Teknlogi yang cangih. Sangat cocok diterapkan dalam dunia pendidikan karena penyampaian metode pendidikan yang menggunakan teknologi cangih akan menjadikan siswa lebih pandai dalam pelajaran. Selain itu penggunaan metode yang menggunakan teknologi cangih akan membuat sekolah memiliki mutu yang tinggi. Walaupun penggunaan teknologi cangih bukan jaminan mutu bagi skolah tetepi setidaknya sekolah yang maju harus menggunakan penyampaian menggunakan teknologi.

b.      Kekurangan Jurnal
Walaupun Artikel jurnal yang berjudul Accelerated Learning dalam Proses Pembelajaran dan E-learning sebagai Alat Bantu Pembelajaran  ini sangatlah menarik, namun bukan jaminan kesempurnaan, artikel ini adalah buatan manusia yang tidak luput dari salah. Review menilai bahwa isi dari  artikrl ini belum sepenuhnya dapat diterapkan diindonesia. Selain memerlukan dana yang banyak juga diperlukan SDM yang tinggi. Selain itu apabila ingin menggunakan program ini.






No comments:

Post a Comment