saat ini, apakah andak seorang dosen, saat anda sering menginstruksikan mahasiswa agar mengeprint makalah sebagai tasnya? apakah anda hanya dapat berkomunikasi dengan mahasiswa seminggu sekali? itu semua sudah tidak jaman lagi, lihat saja pohon-pohon sudah banyak yang gundul karena produktifitas pembuatan besar-besaran, hal yang dapat kita lakukan sebagai dosen untuk mencegah itu semua adalah dengan tidak mengeprin tugas makalah mahasiswa yang kita didik. kita dapat memanfaatkan Email. selain menghemat kertas juga dapat mempercepat tugas. sialhkan mencoba berikut contoh makalah yang sudah direvisi dengan Email ini








KERANGKA DASAR TEORI KEILMUAN MODEL
HERMENEUTIKA
Oleh: Budi santoso dan
Muhammad Muzakki
A. Pendahuluan

Hidup manusia tidak lepas
dari kisah, manusia adalah makhluk berkisah, mengkomunikasikan diri dengan
kisah dan saling mengenal melalui kisah. Bahkan bisa dikatakan hidup manusia
adalah kisah dan manusia beradaupakan dalam jaringan kisah ini. Bambang Sugiharto
mengatakan bahwa manusia adalah binatang yang bercerita, karenanya kisah
merupakan salah satu identitas manusia yang membedakan manusia dengan makhluk
lainnya, betapa mengafumkan bahwa umat manusia dari segala jenis dan lokasi
yang berbeda mampu berkomunikasi dan bahkan berkisah satu sama lain.1
Manusia adalah makhuk yang
berkisah, dan dalam kisah manusia pasti membentuk sebuah peradaban dan
peradaban itu pastinya dibukukan. Namun karena keterbatasan ilmu manusia dan
perbedaan lokasi dan budaya menyebabkan perbedaan penafsiran. Tidak dapat
dipungkiri perbedaan budaya mempengaruhi pola piker dan penafsiran seseorang.
Karena itu makalah ini akan membahas tentang hermeneutika atau dalam bahasa
Indonesia dikenal dengan penafsiran. Makalah ini akan membahas tentang kerangka
dasar keilmuan Hermeneutika dan kontibusi Hermeneutika dalam pengembangan ilmu
social dan konsekuensinya dalam kerja ilmiah semoga dengan disusunnya makalah
ini dapat menjadikan wawasan kita semakin berkembang.
1 Petrus Alexander Didi Tarmedi. Analisis naratif:
Sebuah metode Hermeneutika kristiani
Kitab
suci. Department of Philosophy Parahyangan Catholic
University, Maret 2014
1
Comment [BR11]: Penulisan kurang ke
kiri, ikuti margin,, termasuk bodi tulisan jg kurang ke kiri, mestinya di tempat
yg saya kasih garis itu
B. Pengertian Hermeneutika

Hermeneutika berasal dari
kata Yunani: hermeneuin, diterjemahkan menafsirkan, kata bendanya hermeneia
artinya tafsiran. Dalam tradisi kuno kata hermeneuin dipakai dalam tiga
makna, yaitu mengatakan (to say), menjelaskan
(to explain), dan
menerjemahkan (to translate), dari tiga makna ini kemudian dalam
bahasa Inggris dieksplorasikan dengan kata: to interpret. Dengan
demikian perbuatan interpretasi menunjuk pada tiga hal pokok: pengucapan lisan
(an oral recitation), penjelasan
yang masuk akal (a reasonable explanation), dan terjehamahan dari
bahasa lain (a translation from another language) atau mengekspresikan.
Menurut istilah, Hermeneutika biasa dipahami sebagai ‘the art and
science of interpreting especially outhorytative writings; mainly in
application to sacred scripture, and equivalent to exegesis (seni dan ilmu
menafsirkan khususnya tulisan-tulisan berkewenangan, terutama berkenaan
dengan kitab suci dan sama sebanding dengan tafsif ada juga yang memahami
Hermeneutika merupakan sebuah filsafat yang memutuskan bidang kajiannya pada
persoalan understanding of understanding (pemahaman pada pemahaman)
terhadap teks terutama kitab suci yang datang dari kurun, waktu, tempat serta
situasi social yang asing bagi para pembacanya.2
Dalam perkembangannya,
Hermeneutika terdapat beberapa pembahasan. Josep Blicher membegi pembahasan
Hermeneutika menjadi tiga, yaitu Hermeneutika sebagai sebuah metodologi,
Hermeneutika sebagai filsafat dan Hermeneutika sebagai kritik sementara Richard
E. Palmer menggambarkan perkembangan pemkiran Hermeneutika menjadi enam pembahasan
yaitu Hermeneutika sebagai teori penafsiran kitab suci, Hermeneutika sebagai
metode fisiologi, Hermeneutika sebagai pemahaman linguistik, Hermeneutika
sebagai

2 Mohammad
Muslih, Filsafat Ilmu, Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma dan Krangka Teori
Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Belukar, 2004),p.152
2
fondasi dari ilmu social-budaya (geisteswissenschaft),
Hermeneutika sebagai fenomenologi dasein, dan Hermeneutika sebagai sistem
interpretasi.3
C. Hermeneutika
sebagai pendekatan ilmu social
Fokus utama dari
Hermeneutika social adalah menerobos otoritas paradigma positivism 4 dalam ilmu-ilmu
social dan humanities. Pembahasan Hermeneutika pada umumnya merupakan problem
filsafat ilmu (lebih tepatnya, problem metodologi), bukan problem metafisika
yang mempersoalkan tentang realitas. Hermeneutika merupakan cara pandang untuk
memahami relaitas, terutama realitas social seperti ‘teks’ sejarah dan tradisi.
Menurut Dilthey,
hermeneutika pada dasarnya bersifat menyejarah, ini berarti bahwa makna itu
sendiri tidak penah ‘berhenti pada satu masa’ saja, tetapi selalu berubah
menurut modifikasi sejarah. Jika demikian maka interpretasi bagaikan benda
cair, senangtiasa berubah-ubah tidak akan pernah ada suatu konon atau hukum
untuk interpretasi. Sejarah bangsa Indonesia tidak akan mukin bia dituis sekali
dan berlaku untuk seterusnya, tetepi akan selalu ditulis kembali oleh setiap
generasi. Mungkin yang disebut ‘masa-masa kelam’ oleh sejarahwan yang satu
tidak akan disebut demikian oleh sejarahwan lainnya pada generasi selanjudnya,
yang mungkin menggunakan tolak ukur yang berbeda. 5
Hermeneutika adalah upaya
untuk memahami teks, termasuk teks yang terkait dengan hokum Islam, yang
berasal dari masa lampau. Dialog yang terjadi

3 Ibid, p. 153
4
Gagasan Comte
tentang ilmu-ilmu positif (Positivisme) ini mencapai puncaknya, saat disebut
‘pengetahuan ilmiah yang dimotori oleh kelompok Lingkaran Wina (Viena
Circle) pada abad ke-20, diantara pandangannya dapat disederhanakan sebagai
berikut: a. Mereka menolak perbedaan ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu social; b.
Menganggap pernyataan-pernyataan yang tidak dapat diverivikasi secara empiris,
seperti etika, estetika, agama, metafisika, sebagai nonsense; c.
Berrusahamenyatukan semua ilmu pengetahuan didalam satu bahasa ilmiyah yang
universal (unified science); d memandang tugas filsafat hanya
sebagai analisis atas kata-kata atau pernyataan-penyataan.
5 E.
Sumaryono.Hermeneutik Sebuah Metode Filsafat (Yogyakarta: Kasnisius), p.
56
3
dalam pembacaan teks dalam versi hermeneutika
melibatkan pemahaman tiga unsur sekaligus: teks, penulis, dan pembaca.6 Didalam Islam
hermeneutika dikenal dengan Ushul Fikih. Didalam islam sendiri terdapat problem
metodologis yang terjadi pada waktu yang sangat panjang berkutat pada masalah
hokum, sumber hokum, bahasa Ijtihad dan tarjih.7 Dalam agama Kristen
Hermeneutika disebut dengan Analisis naratif yaitu suatu metode untuk memehami
dan mengkomunikasikan pesan alkitabiah yang sesuai dengan bentuk kisah dan
keesaksian personal, suatu yang merupakan cirri khas Kitab suci dan suatu model
fundamental dari komunikasi antar manusia. Karena itu pewartaan iman Kristen
pada dasarnya sama dengan rangkaian kisah yang menceritakan tentang kehidupan,
kematian dan kebangkitan Kristus sebagaimana dikisahkan oleh kitab suci dan
diwartakan kembali dalam bentuk kisah.8
D. Konsekuensi
Terhadap Kerja Ilmiah
Pemikiran hermeneutika
Gadamer tidak bisa dilepaskan dari pemikiran Heidegger, senior dan gurunya yang
pemikirannya dikenal dengan fenomenologi design. Bagi Heidegger, hermeneutika
berarti penefsisiran terhadap sesnsi
(being), yang dalam
kenyataannya selalu tampil dalam eksistensi. Sehingga suatu kebenaran
tidak lagi ditandai oleh kesesuaian antara konsep dan relaita objektif, tetapi
oleh tersingkapnya eksistensi tersebut. Dan satu-satunya wahana bagi penampakan
being tersebut adalah eksistensi manusia. Maka hermeneutika tidak bisa lain
dari penafsiran diri manusia itu sendiri (desain) melalui bahasa. Maka
menurut Heidegger, hermeneutika bukan sekedar fisiologi atau
geisteswissenschaft, akan tetapi merupakan cirri khas manusia. Memahami dan
menafsirkan adalah bentuk paling mendasar dari keberadaan manusia.

6 Ahwan
Fanani. Ushul Fikih Versus hermeneutika tentang Pengambangan pemikiran Hukum
Islam Kontemporer. Dalam jurnal Islamica Vol. 4, No.2 Maret 2010, 199
7 Ibid, p.
194
8
Petrus
Alexander Didi Tarmedi, Analisis Naratif Sebuah Metode Hermeneutika Kristiani
Kitab suci. Dalam jurnal Melintas, Maret 2013
4
Usaha Heidegger ini
memperoleh respon positif dari Gadamer, ia menaruh minat pada kajian tentang
keterkaitan keberadaan manusia dan kemungkinan pemahaman yang bisa dilakukan.
Untuk hal ini ia menulis buku
Truth and Methods,
yang dengan kontribusi ini, ia anggap mewakili kelompok ‘hermeneutika
filosofis’. Studi filosofis ini sudah tentu lebih menekankan pada masalah
intrepretasi atau pemahaman, dari pada masalah kepentingan (evidence)
dan objektifitas kebenaran yang bisa dibuktikan dengan verifikasi dan
falsifikasi, sebagiamana filsafat positivisme abad pencerahan. Bagi Gadamer
problem itu tidak mukin dan tidak cocok diaplikaskan dalam human and social
sciences.9
Menurut Dilthey mengatakan bahwa
sejarah dapat dipahami dalam tiga
proses:
1.
Memahami sudut pandang atau gagasan
para pelaku asli.
2.
Memahami arti atau
makna kegiatan-kegiatan mereka pada hal-hal yang secara langsungberhubungan
dengan peristiwa sejarah.
3.
Menilai
peristiwa-peristiwa tersebut berdasarkan gagasan yang berlaku pada saat
sejarahwan itu hidup.
Namun proses tiga tahap
pemahaman itu sendiri tidak berlaku untuk kemtode ilmiah.alasannya karena untuk
memahami atau merencana sudut pandang pelaku asli dalam sejarah, kita harus
memiliki sedikit pengetahuan tentang psikologi atau cara mengenal orang atau
masyarakat. Untuk dapat menilai akibat tindakan seseorang terhadap orang lain
kita harus menggunakan beberapa bentuk eksplorasi atau penjajangan yang tidak
harus mengikuti skema yang berhubungan dengan objek.

9Ibid......p. 157-158
5
Penutup

Demikianlah usalan singkat
mengenai hermeneutika apabila disederhanakan hermeneutika berasal dari
Hermeneutika berasal dari kata Yunani: hermeneuin yang artinya
menafsirkan. Dalam perkembangannya, Hermeneutika terdapat beberapa pembahasan.
Josep Blicher membegi pembahasan Hermeneutika menjadi tiga, yaitu Hermeneutika
sebagai sebuah metodologi, Hermeneutika sebagai filsafat dan Hermeneutika
sebagai kritik sementara Richard E. Palmer menggambarkan perkembangan pemkiran
Hermeneutika menjadi enam pembahasan yaitu Hermeneutika sebagai teori
penafsiran kitab suci, Hermeneutika sebagai metode fisiologi, Hermeneutika
sebagai pemahaman linguistik, Hermeneutika sebagai fondasi dari ilmu
social-budaya (geisteswissenschaft), Hermeneutika sebagai fenomenologi dasein,
dan Hermeneutika sebagai sistem interpretasi.
Focus utama dari
Hermeneutika social adalah menerobos otoritas paradigma positivism, dalam
ilmu-ilmu social dan humanities. Pembahasan Hermeneutika pada umumnya merupakan
problem filsafat ilmu (lebih tepatnya, problem metodologi), bukan problem
metafisika yang mempersoalkan tentang realitas. Hermeneutika merupakan cara
pandang untuk memahami relaitas, terutama realitas social seperti ‘teks’
sejarah dan tradisi.
pendapat Gadamer, dalam buku
Truth and Methods, mengatakan objektifitas kebenaran yang bisa
dibuktikan dengan verifikasi dan falsifikasi. Bahkan Kerja ilmiah Hermeneutika
haruslah dapat dibuktikan dengan verifikasi dan falsifikasi.
7
Comment [BR12]: Penutup termasuk yg
diberi
abjad, jadi
E. Penutup
Terus dinaikkan,
itu kosong 1 halaman.
Jenis font yg
dipakai footnote jg perlu disamakan
E. Daftar Pustaka
Didi Tarmedi, Petrus
Alexander, Analisis Naratif Sebuah Metode Hermeneutika Kristiani
Kitab suci. Dalam jurnal Melintas, Maret 2013
Fanani, Ahwan, Ushul
Fikih Versus hermeneutika tentang Pengambangan pemikiran Hukum Islam
Kontemporer. Dalam jurnal Islamica Vol. 4, No.2 Maret 2010
Muslih, Mohammad, Filsafat
Ilmu Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma dan Krangka Teori Ilmu
Pengatahuan, (Yogyakarta: Belukar, 2014)
,Filsafat Ilmu dan
Posisinya Dalam Kegiatan Ilmiah dalam Makalah Pasca
UNMUH Ponorogo Mata Kuliah Filsafat Ilmu, Nopenber
2014.

Sumaryono, E, Hermeneutik Sebuah Metode
Filsafat (Yogyakarta: Kasnisius,
1999)
8
No comments:
Post a Comment