Thursday, December 11, 2014

FILSAFAT



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dunia Islam lewat para ilmuan  muslimnya dalam  sejarah telah mencapai kemajuan pesat dalam lapangan ilmu pengetahuan dan filsafat. Mereka mengajari kita menghitung sehingga kita dapat berhitung, mereka mengajarkan ilmu al jabar, ilmu pasti dan ilmu astronomi. Bahkan mereka  pertama kali mendapat ilmu plenometry dan trigonometri yang dimana ilmu-ilmu ini tidak ada diketahui oleh Yunani sebelumnya.
Pada masa Bani Umayah ilmu pengetahuan belum begitu maju, tetapi sesudah dimulai diminati dan dirintis. Seperti pada  masa ini telah ditemukan suatu cara pengamatan astronomi pada abad ke 7 M, delapan abad sebelum Galilio Galilie dan Nicolous Copernicus. Hal ini disebabkan karena mukin befokus utamanya pada ekspansi daerah kekuasaan Islam.Namun mengalami kemajuan pada masa Dinasti Abbasiyah, dimana pada masa ini memperhatikan pada ilmu pengetahuan dan Filsafat Yunani memuncak terutama pada zaman Harun al-Rasyid dan al-Makmun.[1]

Penting sekali bagi manusia untuk mengkaji sejarah kebudayaan atau peradaban Islam dari aspek ilmu pegetahuan, filsafat dan tokoh pencipta sejarah yang telah meletakkan dasar- dasar peradaban terutama dalam bidang keahliannya. Oleh karena itu makalah ini akan membehas sebagian dari masalah itu. Makalah ini akan memahas tentang Peradaban dan Pemikiran Filsafat Islam.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan filsafat Islam?
2.      kapan lahirnya filsafat Islam?
3.      Apa saja factor berkembangnya Filsafat Islam?
4.      Siapa saja tokoh yang filsafat Islam?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Filsafat  Islam
1.      Segi bahasa
Pemngertian filsafat berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas dua kata yaitu: philen dan sophos. Phlien berarti cinta dan sopos berarti hikmah (wisdom). Perkataam philosophio merupakan perkataan bahasa Yunani yang dipindahkan olh orang-orang  Arab dan disesuaikan dengan tabiat susunan kata-kata Arab, yitu falsafah pola : falala dan fi’la yang kemudian menjadi kata kerja falsafah dan filsaf adapun sebutan filsafat yang diucapkan dalam bahasa Indonesia kemungkinan besar merupakan gabungan bahasa Arab falsafah dan bahasa Inggris philosophi yang kemudian menjadi kata filafat
2.      Segi Istilah
Muhtar Yahya mengatakan bahwa berpikir filsafat adalah pemikiran yang sedalam-dalamnya yang bebas dan teliti bertujuan hanya mencari hakekat kebenaran tentang alam semesta, alam manusia dan dibalik alam. Soegardo Poerbakwatja juga mengakatan bahwa filsafat ialah ilmu yang berusaha mencari sebab musabab yang sedalam-dalamnya bagi sesuatu berdasarkan pikiran belaka.  Sementara Imam Barnadib mengatakan bahwa  filsafat diartikan sebagai ilmu yang berusaha untuk memahami segala hal yang timbul didalam kesluruhan lingkup pengalaman manusia, dengan pendekatan ini diharapkan manusia dapat mengerti dan mempunyai pandangan yang menyeluruh dan sistematis mengenai Tuhan, alam semesta dan manusia.[2]
Menurut mustofa Abdul Razak, Filsafat Islam adalah filsafat yang tumbuh di negri Islam  dan dibawah naungan negeri Islam, tanpa memandang agama dan bahasa-bahasa pemiliknya. Pengertian ini diperkuat oleh Prof. Tata Chnd, bahwa orang-orang nasrani dan yahudi yang telah menulis kitab-kitan filsafat yang bersifat kritis atau terpengaruh oleh Islam sebaiknya dimasukkan ke dalam filsafat Islam. Dengan uraian diatas  maka dapatlah disimpulkan bahwa filsafat Islam adalah suatu ilmu yang dicelup ajaran Islam dalam membahas hakikat kebenaran  segala sesuatu.

B.     Lahirnya Filsafat Islam
Abad X Masehi disebut pembangunan daulah Islamiyah dimana dunia Islam, mulai dari Cordova di Spanyol sampai ke Multan Pakistan mengalami perkambangan disegala bidang teknologi dan seni. Dunia Islam pada Waktu itu dalam keadaan maju, jaya, makmur, sbaliknya dunia barat masih dalam keadaan gelap, bodoh dan premitif.  Dunia Islam sudah sibuk mengedakan penyelidikan di laburatorium dan observatorium,  dunia barat masih asyik dengan jampi-jampi dan dewa-dewa. Hal ini disebabkan agama yang dibawa Nabi Muhammad telah menimbulkan orongan untuk menimbulkan suatu kebudayaan baru yaitu kebudayaan Islam. Dorongan itu mula-mula menggerakan ilmu-ilmu pengetahuan dalam lapangan agama (ilmu ‘aqli) kemudian bermunculanlah ilmu-ilmu agama dalam berbagai bidang. Kemudian ketika umat Islam keluar dari jazilah Arab  mereka menemukan bependaharaan Yunani. Dorongan dari agama menimbulkan dorongan untuk munculnya berbagai ilmu pengetahuan dibidang akal.(ilmu ‘aqli). [3]
Dikatakan pebendaharaan Yunani karena pada waktu Islam datang, ilmu Yunani sudah mati dan yang tinggal hanyalah buku-bukunya saja. Ketika Islam sampai ke Byzantium, Persia dan lain-lain, mereka tidak lagi menjumpai ilmu Yunani dipelajari orang, yang didapati hanyalah berapa tabib Yunani, pekembangan baru tidak diperoleh lagi. [4]
Prestasi luar biasa umat Islam pada masa Daulah Umayah yang dapat menaklukkan wilayah-wilayah kerajaan Romawi dan Persia, segera disusul dengan prestasi yang lebih hebat lagi dalam peneklukan dalam bidang ilmu pada abad berikutnya. Penelaan ilmu yang dimulai sejak bani Umayyah menjadi usaha besar-besaran pada masa Bani Abbasiah. Kondisi pada masa Bani Abbasiyah telah memungkinkan untuk melakukan hal tersebut, mengingat bahasa Arab telah mencapai taraf sempurna. Huruf Arab, tanda baca, harokat perbendaharaan telah lengkap. Industry kertas sbagaimana yang dibuat di Cina telah dapat diusahanakan pada masa Harun al-Rasyid.
Gerakan pembangunan ilmu scara besar-besaran dirintis oleh Khalifah Ja’far al-Mansur. Setelah ia mendirikan kota Baghdag (144H/762M) dan menjaikannya sbagai ibukota Negara. Ia menarik banyak ulama dan para ahli dari berbagai daeah untuk datang dan tinggal di Baghdad. Ia merangsangkan usaha pembukuan ilmu agama akan tetapi yang unik adalah enerjemahan buku ilmu yang brasal dari luar salah satunya adalah ilmu filsafat.[5]

C.    Faktor Perkambangan Filsafat
Ada beberapa factor yang menyebabkan pesatnya perkmbangan sains dan filsafat pada masa Daulah Abbasiyah, antara lain sebagai berikut:
Pertama, kontak antara Islam dan Persia yang menjadi jembatan bekembangnya sains dan filsafat karena secara cultural Persia banyak berperan dalam pemngembangan keilmuan Yunani, terutama akademi Jundisapur dan pusat-pusat ilmiah lain seperti Salonika, Ctesipon, dan Nishpur.Kedua, etos keilmuan para khalifah Abbasiyah, terutama Harun al-Rasyid dan al-Makmun yang sangat mencintai ilmu pengetahuan. ketiga, peran keluarga Barmak sebagai pendidik di lingkungan istana. Keluarga Barmak secara turun temurun menjadi penasehat intelektual khalifah. Keempat,aktifitas penerjemehan literature-literatur Yunani ke dalam Bahasa Arab sedemikian besar dan didukung dengan kebijakan khalifah dengan  menddaapatkan imbalan yang sangat besar kepada setap penerjemah. Hal yang tidak dilupakan adalah banyak karya sastra Peesi yang juga diterjemahkan, sehingga saatra Persi mengalami perkambangan yang sangat pesat.Inilah penyeban helenisasi pemikiran Islam sekaligus Islamisasi pemikiran helenistik di dunia Islam.
Kelima, adanya peradaban kebudayaan yang heterogen di Baghdad. Menimbulkan proses interaksi antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lain. Keenam, situasi social Baghdad yang kosmopolit dimana bermacam suku, ras, dan etnis setra masing-masing kulturnya yang berinteraksi satu sama lain, mendorong adanya pemecahan masalah dari pendekatan intelektual.[6]
Al- Mansur menyebutkan  ada  delapan factor  yang membangkitkan ilmu pengetahuan dan filsafat Islam sehingga mengalami zaman keemasan yang bisa melahirkan tokoh-tokoh berbagai disiplin ilmu pengetahuan dalam sejarah peradaban Islam, yaitu:
1.      Peran sandaran religious sebagai daya dorong dari semangat tauhid mengalirlah penghargaan terhadap ilmu pengetahuan.
2.      Pengetahuan tentang syariah mengalami studi berbagai ilmu.
3.      Kelahiran dari kebangkitan penerjemah besar-besaran yang bertahan selama beberapa abad, merupakan gerakan penerjemah terbesar dalam sejarah penyebaran pengetahuan dari satu kebudayaan yang lain.
4.      Suburnya filsafat, kemajuan dan pengembangan ilmu.
5.      Luasnya santunan bagi aktifitas sains oleh para penguasa.
6.      Ilmu intelektual yang sehat antar para sarjana dari berbagai mazab pemikiran.
7.      Peran pnting lembaga-lembaga pengetahuan, terutama Universitas-universitas.
8.      Keseimbangan yang dicapai oleh prspektif intelektual Islam (ulama).
Kemajuan ilmu pengetahuan sangat dipengaruhi oleh factor social ekonomi dan politik dan didorong oleh penghargaan dan pehatian yang tinggi dari pihak penguasa. Kondisi yang demikian mampu melahirkan tokoh-tokoh ilmuan muslim yang bangkit smangat keilmuannya, yang melahirkan suatu kebudayaan-kebudayaan dan peradaban. Maka pantas bahwa kemajuan ilmu pendidikan terjadi pada masa Bani Umayyah dan Abbasiyah, terutama di saat pemerintah dipegang oleh para penguasa yang arif  dan pencinta Ilmu.[7]
D.    Tokoh Filsafat Islam
Sumbangan khas Arab kepada filsafat sulit dinilai, tetapi ada satu pertimbangan umum yang penting, yaitu bahwa filsafat tidak menjadi hidup hanya dengan menerjemahkan dan mengulag-ulang pemikiran-pemikiran orang-orang lain. Bahkan menerjmahkan karya filsafati dengan memadai kedalam suatu bahasa hanya mukin kalau sudah ada pemikiran orisinal dalam bahasa itu. Dngan cara demikian maka penerjemah-penerjemahan awal dari filsafah Yunani sring ditinjau kembali dan diperbaiki. Suah iuraikan kadarnya mengenai pemikir asli Arab yang pertama.[8]Adapun tokoh-tokoh filsafat Islam adalah sebagai beikut:
1.      Al-Kindi
Al-Kindi adalah seorang pmikir asli Arab yang pertama dan mengenai masuknya banyak gagasan Yunani kedalam kalam atau teologi rasional. Sementaragagasan-gagasan ini sedang dimasukkan kedalam system-sistem mereka oleh para teolog rasional sunni, misanya para pengikut Asy’ari, maka orang-orang lain berusaha menerima filsafat Yunani dengan cara utuh serta agak mengabaikan doktrin Islami.
2.      Al-Farabi
Mengenai khidupan al-Farabi tidak banyak yang diketahui. Dia dilahikan di Turkestan  tahun 870, tetapi pergi ke Baghdad dan mempelajari filsafat dan sains-sains Yunani., terutama dari guru-guru Kristen. Tidak diktahui bagaimana ia membiayai hidupnya, karena ia bukan pejabat maupun sekrtaris, barangkali tidak bantak kebutuhhannya. Karena dia menjalani kehidpan asketik. Dia meninggal pada usia 950, setehal menghabiskan 10 tahun teakirnya sebagai pengiring Sayf –adulah di Aleppo. Filsafatnya terutama adalah suatu bentuk dari Neoplatonisme dia berusaha tidak menynggung perasaan umat Muslim, tetapi tidak merahasiakan keyakinannya bahwa kebenaran filsafati berlaku universal, sedangkan symbol-simbol religious adalah cara yang lebih tendah untuk menyampaikan kebenaran, yang sesuai bagi manusia yang kurang rasional. Dia mengkaitkan suatu teori politis dengan metafisika dengan terdapat pengaruh besar dari Republik dan Law-nya  Plato.Sebagaimana  semua benda yang berasal dari Tuhan demikian juga dalam Negara yang ideal atau bajik terdapat suatu hierarki kekuasaan dengan kepala Negara pada tempat tertinggi . ini sangat berssuaian dngan gagasan-gagasan Syari’ah tentu dan mungkin bisa ditrima oleh Bani Hamdaniyah di Allepo, tetapi tampaknya dia juga membeikan tempayt bagi gagasan-gagasan Suni.[9]
3.      Ibnu Sina
Ibnu Sina dilahirkan tahun 980 dkat Bukhara, dan menghabiskan masa awal kehidupannya disana. Dia m,emiliki bebrapa guru, tetapi kebanyakan pengetahuannya diperoleh melalui bacaan sendiri. Dalam kebanyakan otobiografinya dia mencatat bahwa dia mengalami beberapa kesulitan dengan metafisikanya Aristoteles sampai ia membaca buku kecil mengenai hal itu yang dikarang oleh al-Farabi. Ketika usia dua puluh.Tahun ayahnya meninggal dan dia dipaksa bekerja sebagai pejabat dalam pemerintahan local. Dalam masa sulit itu ia kerap kali harus beganti jabatan dikota lain. Dai kira-kira 1015 sampai 1022 dia berada di Hamadhan dan pernah menduduki jabatan wasir yang membosankan dan berbahaya itu diabawah Amir Buwaihiyah setempat. Beberapa kali ia dipenjara dan terpaksa melarikan diri. Kemudian ia pindah ke Isfahan mengikuti seorang pendiri dinasti kecil. Dia meninggal tahun 1037 dalam sebuah ekspedisi ke Ramadhan. Sementara sesuai pengakuannya sndiri dia berada dibaah pengaruh al-Farabi , ia tampak lebih banyak memberikan perhatian kepada metafisika dan logika disbanding pemikir awal, dan tdak memperhatikan teori praktis, meskipun ia shari-hari berkecimpung dalam dunia politik.dia juga bisa disbut sebagai seorang mistik. Sementara metafisiknya jelas-jelas berada dalam tradisiNeoplatonik, ia tidak disangsikan lagi adalah seorang pemikir orisinal yang berpengaruh.
4.      Ibnu Rusyd
Sering dinyatakan baha dunia Islam sebelah timur tidak ada filsafat setelah berallunya Ibnu Sina, jika filsafat didefinisikan secara terbatas, maka ini ada benarnya, terutama di Persia, yang mengajarkan falsafah digabung dengan teosofi. Didunia barat perkembangan filsafat pada abad ke-12, mencapai puncaknya dengan Ibnu Rusyd atau Averroes (1126-1198), seorang pengulas terkemuka atas karya-karya Aristoteles, yang memiliki pengaruh besar atas pemikiran Kristen Eropa tetapi pengaruhyna kecil terhadap pusat-pusat Islam. [10]

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan

1.      filsafat Islam adalah suatu ilmu yang dicelup ajaran Islam dalam membahas hakikat kebenaran  segala sesuatu.
2.      Ditemukan pada masa daulah Bani Umayah dan mengalami puncak (the golden of age) pada masa Dinasti Abbasiyah.
3.      Faktor perkambangan Filsafat Islam adalah:
a.         Peran sandaran religious sebagai daya dorong dari semangat tauhid mengalirlah penghargaan terhadap ilmu pengetahuan.
b.      Pengetahuan tentang syariah mengalami studi berbagai ilmu.
c.       Kelahiran dari kebangkitan penerjemah besar-besaran yang bertahan selama beberapa abad, merupakan gerakan penerjemah terbesar dalam sejarah penyebaran pengetahuan dari satu kebudayaan yang lain.
d.      Suburnya filsafat, kemajuan dan pengembangan ilmu.
e.       Luasnya santunan bagi aktifitas sains oleh para penguasa.
f.       Ilmu intelektual yang sehat antar para sarjana dari berbagai mazab pemikiran.
g.      Peran pnting lembaga-lembaga pengetahuan, terutama Universitas-universitas.
h.      Keseimbangan yang dicapai oleh prspektif intelektual Islam (ulama).
4.      Tokoh filsafat Islam antara lain: al- Kindi, al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd.

B.     Saran

            Demikianlah apa yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini. Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena keterbatasan pengetahuan dan kekurangan rujukan atau referensi yang berhubugan dengan makalah ini, penulis berharap mengenai kritikan dan masukan terhadap makalah ini, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca yang budiman.




C.    Daftar Pustaka

Jalaluddin dan Idi, Abdullah. Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997.
Montgomery, W. Kajian Kritis dari tokoh Orientalis. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 1990.
Mansur. Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah. Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2004.
Ramayulis dan Nizar, Syamsul. Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan Pemikiran Para Tokohnya. Jakarta: Kalam Mulya, 2009.
Syaefudin, Machfud. Dinamika Peradaban Islam Perspektif Historis. Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2013.
Sj, Fadil. Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah. Yogyakarta: Suksess Offset, 2008.


[1]Mansur, Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah  (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2004), 71-72.
[2] Ramayulis dan Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan (Jakarta: Radar Jaya Offset, 2009), 1-2.
[3] Machfud Syaefudin, Dinamika Peradaban Islam (Yogyakarta: Pustaka Ilmu 2013), 73.
[4] Machfud Syaefudin, Dinamika......,74
[5] Machfud Syaefudin, Dinamika......,75.
[6]Fadil SJ, Pasang SUrut erdaban Islam dalam Lintasan Sejarah (Yogyakarta: Sukses Offset), 156-157.
[7]Mansur, Peradaban Islam dalam.......75-76.
[8] Montgomery Waat, Kejayaan Islam:Kajian Toritis dari Tokoh Orientalis (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990), 237.
[9] Montgomery Waat, Kejayaan Islam......,238.
[10] Montgomery Waat, Kejayaan Islam..........,239.

No comments:

Post a Comment