BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dunia Islam lewat para ilmuan muslimnya dalam sejarah telah mencapai kemajuan pesat dalam
lapangan ilmu pengetahuan dan filsafat. Mereka mengajari kita menghitung
sehingga kita dapat berhitung, mereka mengajarkan ilmu al jabar, ilmu pasti dan
ilmu astronomi. Bahkan mereka pertama
kali mendapat ilmu plenometry dan trigonometri yang dimana
ilmu-ilmu ini tidak ada diketahui oleh Yunani sebelumnya.
Pada masa Bani Umayah ilmu pengetahuan belum begitu
maju, tetapi sesudah dimulai diminati dan dirintis. Seperti pada masa ini telah ditemukan suatu cara
pengamatan astronomi pada abad ke 7 M, delapan abad sebelum Galilio Galilie dan
Nicolous Copernicus. Hal ini disebabkan karena mukin befokus utamanya pada
ekspansi daerah kekuasaan Islam.Namun mengalami kemajuan pada masa Dinasti
Abbasiyah, dimana pada masa ini memperhatikan pada ilmu pengetahuan dan
Filsafat Yunani memuncak terutama pada zaman Harun al-Rasyid dan al-Makmun.[1]
Penting sekali bagi manusia untuk mengkaji sejarah
kebudayaan atau peradaban Islam dari aspek ilmu pegetahuan, filsafat dan tokoh
pencipta sejarah yang telah meletakkan dasar- dasar peradaban terutama dalam
bidang keahliannya. Oleh karena itu makalah ini akan membehas sebagian dari
masalah itu. Makalah ini akan memahas tentang Peradaban dan Pemikiran Filsafat
Islam.
B. Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan filsafat Islam?
2. kapan
lahirnya filsafat Islam?
3. Apa
saja factor berkembangnya Filsafat Islam?
4. Siapa
saja tokoh yang filsafat Islam?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Filsafat Islam
1.
Segi bahasa
Pemngertian
filsafat berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas dua kata yaitu: philen
dan sophos. Phlien berarti cinta dan sopos berarti hikmah
(wisdom). Perkataam philosophio merupakan perkataan bahasa Yunani yang
dipindahkan olh orang-orang Arab dan
disesuaikan dengan tabiat susunan kata-kata Arab, yitu falsafah pola : falala
dan fi’la yang kemudian menjadi kata kerja falsafah dan filsaf adapun
sebutan filsafat yang diucapkan dalam bahasa Indonesia kemungkinan besar
merupakan gabungan bahasa Arab falsafah dan bahasa Inggris philosophi
yang kemudian menjadi kata filafat
2.
Segi Istilah
Muhtar
Yahya mengatakan bahwa berpikir filsafat adalah pemikiran yang sedalam-dalamnya
yang bebas dan teliti bertujuan hanya mencari hakekat kebenaran tentang alam
semesta, alam manusia dan dibalik alam. Soegardo Poerbakwatja juga mengakatan
bahwa filsafat ialah ilmu yang berusaha mencari sebab musabab yang
sedalam-dalamnya bagi sesuatu berdasarkan pikiran belaka. Sementara Imam Barnadib mengatakan bahwa filsafat diartikan sebagai ilmu yang berusaha
untuk memahami segala hal yang timbul didalam kesluruhan lingkup pengalaman
manusia, dengan pendekatan ini diharapkan manusia dapat mengerti dan mempunyai
pandangan yang menyeluruh dan sistematis mengenai Tuhan, alam semesta dan
manusia.[2]
Menurut mustofa Abdul Razak, Filsafat Islam adalah filsafat yang
tumbuh di negri Islam dan dibawah
naungan negeri Islam, tanpa memandang agama dan bahasa-bahasa pemiliknya.
Pengertian ini diperkuat oleh Prof. Tata Chnd, bahwa orang-orang nasrani dan
yahudi yang telah menulis kitab-kitan filsafat yang bersifat kritis atau
terpengaruh oleh Islam sebaiknya dimasukkan ke dalam filsafat Islam. Dengan uraian
diatas maka dapatlah disimpulkan bahwa
filsafat Islam adalah suatu ilmu yang dicelup ajaran Islam dalam membahas
hakikat kebenaran segala sesuatu.
B. Lahirnya
Filsafat Islam
Abad
X Masehi disebut pembangunan daulah Islamiyah dimana dunia Islam, mulai dari
Cordova di Spanyol sampai ke Multan Pakistan mengalami perkambangan disegala
bidang teknologi dan seni. Dunia Islam pada Waktu itu dalam keadaan maju, jaya,
makmur, sbaliknya dunia barat masih dalam keadaan gelap, bodoh dan
premitif. Dunia Islam sudah sibuk
mengedakan penyelidikan di laburatorium dan observatorium, dunia barat masih asyik dengan jampi-jampi
dan dewa-dewa. Hal ini disebabkan agama yang dibawa Nabi Muhammad telah
menimbulkan orongan untuk menimbulkan suatu kebudayaan baru yaitu kebudayaan
Islam. Dorongan itu mula-mula menggerakan ilmu-ilmu pengetahuan dalam lapangan
agama (ilmu ‘aqli) kemudian bermunculanlah ilmu-ilmu agama dalam
berbagai bidang. Kemudian ketika umat Islam keluar dari jazilah Arab mereka menemukan bependaharaan Yunani.
Dorongan dari agama menimbulkan dorongan untuk munculnya berbagai ilmu
pengetahuan dibidang akal.(ilmu ‘aqli). [3]
Dikatakan
pebendaharaan Yunani karena pada waktu Islam datang, ilmu Yunani sudah mati dan
yang tinggal hanyalah buku-bukunya saja. Ketika Islam sampai ke Byzantium,
Persia dan lain-lain, mereka tidak lagi menjumpai ilmu Yunani dipelajari orang,
yang didapati hanyalah berapa tabib Yunani, pekembangan baru tidak diperoleh
lagi. [4]
Prestasi
luar biasa umat Islam pada masa Daulah Umayah yang dapat menaklukkan
wilayah-wilayah kerajaan Romawi dan Persia, segera disusul dengan prestasi yang
lebih hebat lagi dalam peneklukan dalam bidang ilmu pada abad berikutnya. Penelaan
ilmu yang dimulai sejak bani Umayyah menjadi usaha besar-besaran pada masa Bani
Abbasiah. Kondisi pada masa Bani Abbasiyah telah memungkinkan untuk melakukan
hal tersebut, mengingat bahasa Arab telah mencapai taraf sempurna. Huruf Arab,
tanda baca, harokat perbendaharaan telah lengkap. Industry kertas sbagaimana
yang dibuat di Cina telah dapat diusahanakan pada masa Harun al-Rasyid.
Gerakan
pembangunan ilmu scara besar-besaran dirintis oleh Khalifah Ja’far al-Mansur.
Setelah ia mendirikan kota Baghdag (144H/762M) dan menjaikannya sbagai ibukota
Negara. Ia menarik banyak ulama dan para ahli dari berbagai daeah untuk datang
dan tinggal di Baghdad. Ia merangsangkan usaha pembukuan ilmu agama akan tetapi
yang unik adalah enerjemahan buku ilmu yang brasal dari luar salah satunya
adalah ilmu filsafat.[5]
C. Faktor
Perkambangan Filsafat
Ada
beberapa factor yang menyebabkan pesatnya perkmbangan sains dan filsafat pada
masa Daulah Abbasiyah, antara lain sebagai berikut:
Pertama,
kontak antara Islam dan Persia yang menjadi jembatan bekembangnya sains dan
filsafat karena secara cultural Persia banyak berperan dalam pemngembangan
keilmuan Yunani, terutama akademi Jundisapur dan pusat-pusat ilmiah lain
seperti Salonika, Ctesipon, dan Nishpur.Kedua, etos keilmuan para
khalifah Abbasiyah, terutama Harun al-Rasyid dan al-Makmun yang sangat
mencintai ilmu pengetahuan. ketiga, peran keluarga Barmak sebagai
pendidik di lingkungan istana. Keluarga Barmak secara turun temurun menjadi
penasehat intelektual khalifah. Keempat,aktifitas penerjemehan
literature-literatur Yunani ke dalam Bahasa Arab sedemikian besar dan didukung
dengan kebijakan khalifah dengan
menddaapatkan imbalan yang sangat besar kepada setap penerjemah. Hal
yang tidak dilupakan adalah banyak karya sastra Peesi yang juga diterjemahkan,
sehingga saatra Persi mengalami perkambangan yang sangat pesat.Inilah penyeban helenisasi
pemikiran Islam sekaligus Islamisasi pemikiran helenistik di dunia Islam.
Kelima,
adanya peradaban kebudayaan yang heterogen di Baghdad. Menimbulkan proses
interaksi antara satu kebudayaan dengan kebudayaan lain. Keenam, situasi
social Baghdad yang kosmopolit dimana bermacam suku, ras, dan etnis setra
masing-masing kulturnya yang berinteraksi satu sama lain, mendorong adanya pemecahan
masalah dari pendekatan intelektual.[6]
Al-
Mansur menyebutkan ada delapan factor yang membangkitkan ilmu pengetahuan dan
filsafat Islam sehingga mengalami zaman keemasan yang bisa melahirkan
tokoh-tokoh berbagai disiplin ilmu pengetahuan dalam sejarah peradaban Islam,
yaitu:
1. Peran
sandaran religious sebagai daya dorong dari semangat tauhid mengalirlah
penghargaan terhadap ilmu pengetahuan.
2. Pengetahuan
tentang syariah mengalami studi berbagai ilmu.
3. Kelahiran
dari kebangkitan penerjemah besar-besaran yang bertahan selama beberapa abad,
merupakan gerakan penerjemah terbesar dalam sejarah penyebaran pengetahuan dari
satu kebudayaan yang lain.
4. Suburnya
filsafat, kemajuan dan pengembangan ilmu.
5. Luasnya
santunan bagi aktifitas sains oleh para penguasa.
6. Ilmu
intelektual yang sehat antar para sarjana dari berbagai mazab pemikiran.
7. Peran
pnting lembaga-lembaga pengetahuan, terutama Universitas-universitas.
8. Keseimbangan
yang dicapai oleh prspektif intelektual Islam (ulama).
Kemajuan ilmu pengetahuan sangat
dipengaruhi oleh factor social ekonomi dan politik dan didorong oleh
penghargaan dan pehatian yang tinggi dari pihak penguasa. Kondisi yang demikian
mampu melahirkan tokoh-tokoh ilmuan muslim yang bangkit smangat keilmuannya,
yang melahirkan suatu kebudayaan-kebudayaan dan peradaban. Maka pantas bahwa
kemajuan ilmu pendidikan terjadi pada masa Bani Umayyah dan Abbasiyah, terutama
di saat pemerintah dipegang oleh para penguasa yang arif dan pencinta Ilmu.[7]
D. Tokoh
Filsafat Islam
Sumbangan
khas Arab kepada filsafat sulit dinilai, tetapi ada satu pertimbangan umum yang
penting, yaitu bahwa filsafat tidak menjadi hidup hanya dengan menerjemahkan
dan mengulag-ulang pemikiran-pemikiran orang-orang lain. Bahkan menerjmahkan
karya filsafati dengan memadai kedalam suatu bahasa hanya mukin kalau sudah ada
pemikiran orisinal dalam bahasa itu. Dngan cara demikian maka
penerjemah-penerjemahan awal dari filsafah Yunani sring ditinjau kembali dan
diperbaiki. Suah iuraikan kadarnya mengenai pemikir asli Arab yang pertama.[8]Adapun
tokoh-tokoh filsafat Islam adalah sebagai beikut:
1. Al-Kindi
Al-Kindi adalah seorang
pmikir asli Arab yang pertama dan mengenai masuknya banyak gagasan Yunani
kedalam kalam atau teologi rasional. Sementaragagasan-gagasan ini sedang
dimasukkan kedalam system-sistem mereka oleh para teolog rasional sunni,
misanya para pengikut Asy’ari, maka orang-orang lain berusaha menerima filsafat
Yunani dengan cara utuh serta agak mengabaikan doktrin Islami.
2. Al-Farabi
Mengenai khidupan
al-Farabi tidak banyak yang diketahui. Dia dilahikan di Turkestan tahun 870, tetapi pergi ke Baghdad dan
mempelajari filsafat dan sains-sains Yunani., terutama dari guru-guru Kristen.
Tidak diktahui bagaimana ia membiayai hidupnya, karena ia bukan pejabat maupun
sekrtaris, barangkali tidak bantak kebutuhhannya. Karena dia menjalani kehidpan
asketik. Dia meninggal pada usia 950, setehal menghabiskan 10 tahun teakirnya
sebagai pengiring Sayf –adulah di Aleppo. Filsafatnya terutama adalah suatu
bentuk dari Neoplatonisme dia berusaha tidak menynggung perasaan umat Muslim,
tetapi tidak merahasiakan keyakinannya bahwa kebenaran filsafati berlaku
universal, sedangkan symbol-simbol religious adalah cara yang lebih tendah
untuk menyampaikan kebenaran, yang sesuai bagi manusia yang kurang rasional.
Dia mengkaitkan suatu teori politis dengan metafisika dengan terdapat pengaruh
besar dari Republik dan Law-nya Plato.Sebagaimana semua benda yang berasal dari Tuhan demikian
juga dalam Negara yang ideal atau bajik terdapat suatu hierarki kekuasaan
dengan kepala Negara pada tempat tertinggi . ini sangat berssuaian dngan gagasan-gagasan
Syari’ah tentu dan mungkin bisa ditrima oleh Bani Hamdaniyah di Allepo, tetapi
tampaknya dia juga membeikan tempayt bagi gagasan-gagasan Suni.[9]
3. Ibnu
Sina
Ibnu Sina dilahirkan
tahun 980 dkat Bukhara, dan menghabiskan masa awal kehidupannya disana. Dia
m,emiliki bebrapa guru, tetapi kebanyakan pengetahuannya diperoleh melalui
bacaan sendiri. Dalam kebanyakan otobiografinya dia mencatat bahwa dia
mengalami beberapa kesulitan dengan metafisikanya Aristoteles sampai ia membaca
buku kecil mengenai hal itu yang dikarang oleh al-Farabi. Ketika usia dua puluh.Tahun
ayahnya meninggal dan dia dipaksa bekerja sebagai pejabat dalam pemerintahan
local. Dalam masa sulit itu ia kerap kali harus beganti jabatan dikota lain.
Dai kira-kira 1015 sampai 1022 dia berada di Hamadhan dan pernah menduduki
jabatan wasir yang membosankan dan berbahaya itu diabawah Amir Buwaihiyah
setempat. Beberapa kali ia dipenjara dan terpaksa melarikan diri. Kemudian ia
pindah ke Isfahan mengikuti seorang pendiri dinasti kecil. Dia meninggal tahun
1037 dalam sebuah ekspedisi ke Ramadhan. Sementara sesuai pengakuannya sndiri
dia berada dibaah pengaruh al-Farabi , ia tampak lebih banyak memberikan
perhatian kepada metafisika dan logika disbanding pemikir awal, dan tdak
memperhatikan teori praktis, meskipun ia shari-hari berkecimpung dalam dunia
politik.dia juga bisa disbut sebagai seorang mistik. Sementara metafisiknya
jelas-jelas berada dalam tradisiNeoplatonik, ia tidak disangsikan lagi adalah
seorang pemikir orisinal yang berpengaruh.
4. Ibnu
Rusyd
Sering dinyatakan baha dunia Islam
sebelah timur tidak ada filsafat setelah berallunya Ibnu Sina, jika filsafat
didefinisikan secara terbatas, maka ini ada benarnya, terutama di Persia, yang
mengajarkan falsafah digabung dengan teosofi. Didunia barat perkembangan
filsafat pada abad ke-12, mencapai puncaknya dengan Ibnu Rusyd atau Averroes
(1126-1198), seorang pengulas terkemuka atas karya-karya Aristoteles, yang
memiliki pengaruh besar atas pemikiran Kristen Eropa tetapi pengaruhyna kecil
terhadap pusat-pusat Islam. [10]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
filsafat Islam
adalah suatu ilmu yang dicelup ajaran Islam dalam membahas hakikat
kebenaran segala sesuatu.
2. Ditemukan
pada masa daulah Bani Umayah dan mengalami puncak (the golden of age) pada
masa Dinasti Abbasiyah.
3. Faktor
perkambangan Filsafat Islam adalah:
a.
Peran sandaran religious sebagai daya
dorong dari semangat tauhid mengalirlah penghargaan terhadap ilmu pengetahuan.
b. Pengetahuan
tentang syariah mengalami studi berbagai ilmu.
c. Kelahiran
dari kebangkitan penerjemah besar-besaran yang bertahan selama beberapa abad,
merupakan gerakan penerjemah terbesar dalam sejarah penyebaran pengetahuan dari
satu kebudayaan yang lain.
d. Suburnya
filsafat, kemajuan dan pengembangan ilmu.
e. Luasnya
santunan bagi aktifitas sains oleh para penguasa.
f. Ilmu
intelektual yang sehat antar para sarjana dari berbagai mazab pemikiran.
g. Peran
pnting lembaga-lembaga pengetahuan, terutama Universitas-universitas.
h. Keseimbangan
yang dicapai oleh prspektif intelektual Islam (ulama).
4. Tokoh
filsafat Islam antara lain: al- Kindi, al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd.
B. Saran
Demikianlah
apa yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam
makalah ini. Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena keterbatasan
pengetahuan dan kekurangan rujukan atau referensi yang berhubugan dengan
makalah ini, penulis berharap mengenai kritikan dan masukan terhadap makalah
ini, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya
bagi pembaca yang budiman.
C. Daftar
Pustaka
Jalaluddin
dan Idi, Abdullah. Filsafat Pendidikan: Manusia, Filsafat dan Pendidikan. Jakarta:
Gaya Media Pratama, 1997.
Montgomery,
W. Kajian Kritis dari tokoh Orientalis. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana,
1990.
Mansur.
Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah. Yogyakarta: Global Pustaka
Utama, 2004.
Ramayulis
dan Nizar, Syamsul. Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan dan
Pemikiran Para Tokohnya. Jakarta: Kalam Mulya, 2009.
Syaefudin,
Machfud. Dinamika Peradaban Islam Perspektif Historis. Yogyakarta:
Pustaka Ilmu, 2013.
Sj,
Fadil. Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah. Yogyakarta:
Suksess Offset, 2008.
[1]Mansur, Peradaban
Islam dalam Lintasan Sejarah (Yogyakarta: Global Pustaka Utama, 2004),
71-72.
[2]
Ramayulis dan Syamsul Nizar, Filsafat Pendidikan (Jakarta: Radar Jaya
Offset, 2009), 1-2.
[3]
Machfud Syaefudin, Dinamika Peradaban Islam (Yogyakarta: Pustaka Ilmu
2013), 73.
[4]
Machfud Syaefudin, Dinamika......,74
[5]
Machfud Syaefudin, Dinamika......,75.
[6]Fadil
SJ, Pasang SUrut erdaban Islam dalam Lintasan Sejarah (Yogyakarta:
Sukses Offset), 156-157.
[7]Mansur, Peradaban
Islam dalam.......75-76.
[8]
Montgomery Waat, Kejayaan Islam:Kajian Toritis dari Tokoh Orientalis
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 1990), 237.
[9]
Montgomery Waat, Kejayaan Islam......,238.
[10]
Montgomery Waat, Kejayaan Islam..........,239.
No comments:
Post a Comment