Tuesday, January 13, 2015

CERPEN WISUDA TERINDAH

Wisuda Terindah
Semilir aingin menyapa siangku seolah mengucapkan salam pada ku, burung-burung berkicau ria menandakan hari telah beranjak naik, Aku berdiri di lantai empat di universitas yang sangat kucintai ini, mataku yang sayu tak henti melihat para mahasiswa yang sedang asyik bercanda-tawa di plaza lantai satu kampus, seolah-oleh tiada beban dalam diri mereka yang ada hanyalah kesenangan yang ada dalam dunia mereka. Wajah yang selalu ceria saat orang lain bersamaku kini berubah menjadi wajah haru, saat tiada orang seperti inilah aku dapat mengekspresikan diriku yang sebenarnya.
Aku mencoba meyakinkan diriku bahwa besok adalah hari yang ku tunggu hari terindah dimana aku dapat mewujudkan keinginan orang tuaku, hari saat aku menjadikan kedua orang tua ku akan merasa bangga memilki anak sepertiku, hari dimana perjuangan seseorang akan membuahkan hasil, ya besok adalah hari dimana aku akan dilantik menjadi seorang wisuda, seperti anggapan orang tua yang lain saat anaknya wisuda pasti mereka akan sangat gembira seolah perjuangannya selama ini untuk membiyai kuliah anaknya terbayar lunas walaupun mereka membiayai dengan biaya yang sangat mahal namun itu tiada artinya ketika moment wisuda dilaksanakan.
‘Ahhhhhh’ tarikan nafas panjangku
Seolah aku tak percaya bahwa besoklah saatnya wisuda itu akan dilaksanakan, aku meyakinkan diriku kemudian perlahan-lahan aku meninggalkan lantai empat sepi itu, langkah kakiku terfokus kelantai dua disana adalah tempat pengambilan undangan dan Toga wisuda. Seperti yang kukira lantai dua dipenuhi oleh mahasiswa yang akan mengambil toga dan undangan wisuda, diantara  mereka adalah teman-teman seangkatanku dan yang lain adalah mahasiswa dari jurusan lain.
Dari kejauhan ada orang yang menghampiri aku, tidak lain itu adalah Andi teman sekelasku sejak semester tiga aku kuliah
‘Lin apa kabar’ Tanya Andi
Baik Ndi, kamu mau ngambil Toga ya?
Iya lin, ngomomg-omomg besok undanganmu buat aku aja ya soalnya
Kakek aku mau ikut masuk?
Nanti, aku pikirkan lagi

Kebanyakan mahasiswa sudah tau kalau orang tuaku tidak akan datang besok, tapi aku tidak akan pernah memberikan undangan ini kepada siapapun, bagiku undangan wisuda ini adalah bukti kerja kerasku selama ini. saat berjuang banting tulang untuk bisa terus kuliah dan undangan ini akan aku persembahkan untuk orang yang paling kukasihi yaitu orang tuaku.
Setelah undangan dan toga sudah ditangan kini saatnya aku untuk  berjalan pulang, jarak sekolah dengan rumahku tidak terlalu jauh jadi setiap hari aku memutuskan untuk jalan kaki selain biar hemat juga biar sehat. Aku harus menyiapkan waktu yang lebih karena aku berjalan kaki, sering sekali saat perkuliahan aku terlambat karena aku berjalan kaki, namun tidak pantas jika jalan kaki ku jadikan kambing hitam atas keterlambatanku. Karena jalan kaki hanyalah sebagian kecil dari sekian banyak aktifitasku setiap pagi. Setaip hari aku harus bekerja banting tulang untuk membiayai kuliahku pekerjaan yang biasanya kulakukan adalah menjahit. Dengan membuka usaha jasa kecil-kecilan yang ku berinama ‘Linda Sutra’ akirnya aku dapat membiayai kuliahku sampai selesai.
Aku sudah memulainya semenjak tiga tahun yang lalu tepatnya saat keluarga kami harus menerima kenyataan pahit yang tak dapat kulupakan sampai saat ini,  saat itu aku masih sangat mengingat saat didalam mobil saat pulang dari berpergian aku, ibu dan ayahku saat sedang asyik bercanda-tawa tiba-tiba ada mobil dari arah berawanan melaju sangat dan akirnya menabrak mobil kami akirnya kami terluka dan kedua orang tuaku tidak dapat diselamatkan.
Kisah pahit itu belum berakir sampai disitu mobil yang menabrak keluarga kami melarikan diri dan tidak bertanggungjawab akirnya mobil yang kami miliki satu-satunya kami gunakan membiayai pemakaman dan perawatanku karena saat itu luka yang ku alami sangat parah.
‘dunia ini kejam’ itulah yang dulu aku pikirkan tentang hidup ini, namun semakin aku berpikir begitu aku tidak bisa melupakan kejadian pahit itu. Akirnya aku mencoba untuk bangkit kembali dan mulai menata kehidupanku yang baru, kehidupan sendiriku yang tetap harusku hadapi dengan senyuman sepahit apapun itu.
Sesampainya dirumah aku memandangi foto ayah dan ibuku, dalam hati aku berkata ‘ayah, ibu aku besok wisudakalian mau datang kan?’ kata ku dalam hati, tanpa sengaja airmataku menetes teringat pesan ibuku sebelum meninggal dunia.
‘linda, ibu sangat ingin melihat kamu diwisuda, dengan memakai toga dan Gordon melingkar di lehermu’
Itulah kata-kata terakir sebelum kecelakaan maut itu terjadi, kata-kata itu seolah menancap di pikiranku yang tidak pernah bisa aku lupakan. karena pesan itulah aku berjuang sekuat tenaga agar bisa mewujudkan impian ibuku walau aku tahu ia telah tiada.
Sedih rasanya, hidup seorang diri dirumah terasa sepi, sunyi. Tetapi harus bgaimana lagi aku hanya bisa tersenyum walau apapun yang terjadi karena hidup tidak akan pernah berhenti.  Itulah semboyanku untuk tetap tegas menghadapi setaip dinamika kehidupan.
Tanpa terasa mataharipun terbenam, aku memutuskan untuk tidur lebih cepat dari biasanya. Ada banyak pesanan jahitan namun belum aku selesaikan demi sebauh moment bersejarah yang akan terkenang sepanjang hidup.
inilah saatnya’ suaraku denga penuh semangat.
Hari yang aku nanti-nanti akirnya tiba, dimana aku dapat membuat kedua orang tuaku merasa bangga kepadaku. Pagi-pagi aku bersiap berjalan perlahan tapi pasti menuju tempat prosesi wisuda, jarak rumah dengan universitas tidak menghalangiku untuk terlambat karena hari ini aku berangkat lebih pagi daripada biasanya. Sesampainya di universitas.  Aku berjalan menuju tempat yang telah ditentukan panitia disekelilingku aku meihat teman-temanku datang bersama keluarga besarnya
Selamatya linda, perjuanganmu tidak sia-sia’ kata lussi
‘Selamat juga buat kamu ya lus’ jawabku
Lussi adalah kawan terdekatku ia sudah aku anggap keluargaku sendiri, bahkan dia yang selalu membantuku saat aku dalam kesulitan seminggu sekali ia menginap dirumahku sambil mengerjakan tugas bersama, dia juga yang selau membantu masalah-masalahku, pernah saat itu rumahku didatangi perampok, kemudian lussi melawan prampok itu hingga tangannya terluka walaupun lussi adalah wanita tetapi ia tidak pernah takut degan perampok kerena sejak kecil ia belajar silat didesanya.
prosesi wisuda’
Teriak MC pertanda bahwa wisuda akan segera dimulai, satu-persatu mahasiswa dipangil namanya untuk dipindahkan kucirnya oleh rector sebagai simbol bahwa mahasiswa telah resmi diwisuda. Giliranku sangat lama karena memang pada tahun ini banyak sekali mahasiswa yang akan diwisuda setelah menunggu lama airnya MC memanggil.
‘Linda Eka yanti’ itu adalah namaku, dengan perlahan-lahan aku mendekati rector untuk diwisuda akirnya rector memindahkan kucirku dari kiri kekanan itu adalah simbol bahwa aku telah diwisuda
Dan acara wisudapun berakir seperti acara wisuda yang sering kulihat setelah acara selesai semuanya berfoto, mungkin karena mereka tidak ingin melewatkan momen bersejarah ini.
‘Lin ayo foto dulu, mumpung temem-temen masih lengkap’ ajak Lussi
Ndak lus’ jawabku singkat.
Pikiraanku hanya tertuju pada satu tujuan yaitu makam ayah dan ibu. Karena itu aku langsung menuju kemakam. Sesampapinya dipemakaman aku langsung mendekat ke pemakaman sudut belakang. Disitulah makam ayah dan ibuku dikuburkan. Dengan memakai baju wisuda, toga dan Gordon masih melimgkar di leherku aku berjalan menuju makam kedua orang tuaku, setelah sampai dengan spontan aku memeluk nisan ibuku tercinta tanpa sadar air matakupun menetes.
Ibu-bapak ini yang kalian harapkan,
Aku sekarang sudah menjadi wisuda seperti yang
Kalian inginkan,
Ibu-bapak kalian bangga padaku kan?
Kalian senangkan?
Setelah mengucapakan kata-kata itu air mataku kian menetes, air mata yang selama ini aku pendam seorang diri dan sekarang aku tidak mampu menahannya lagi. saat harus berjuang sendiri menggapai impian menjadi wisuda dengan seorang tanpa kehangatan dan belaian keluarga, tapi hari ini aku dapat menunjukan pada semuanya bahwa aku bisa  mengapai impian itu. Dan aku yakin disurga sana ibu akan bangga padaku.






No comments:

Post a Comment