CERITA BURUNG DALAM SANGKAR
Setiap
Makhluk hidup menginginkan sebuah kebebesan, dengan kebebasan segala bentuk
eksprsi dapat di tercurahkan dengan utuh, kebebasan merupakan simbol
kemerdekaan makhluk hidup, tidak ada seorangun yang dapat menggangunya karena
itu adalah anugerah dari yang Maha Kuasa.
Namun
faktanya tidak semua makhluk hidup memiliki kebebasan, salah satunya adalah
aku, diriku tidak lain adalah seekor kenari kecil, manusia memanggilku dengan
sebutan Asep, sejak dua bulan yang lalu aku habiskan waktu dalam sangkar yang
kecil. tentunya tidak sendiri aku
ditemani Manis, ia tidak lain adalah burung tercantik di gerombolan kami,
karena kecantikannya tak heran kenari jantan banyak yang jatuh hati padanya
‘’Manis,
apakah sayapmu baik-baik saja’’, tanyaku pelan
‘’belum,
tapi ini udah dapat digerakkan’’, sahut manis
sebelum
kami berdua tertangkap, Manis ditembak oleh pemburu jahat, sayapnya robek
sehingga ia tidak dapat terbang lagi, tidak hanya itu penderitaan manis selain
tidak bisa terbang lagi kami masih harus tinggal disangkar yang sempit ini,
sebagai kenari jantan aku dapat merasakan pendritaannya, ia tidak punya gairah
hidup lagi.
‘’makanlah,
sejak pagi kau belum makan’’, aku membujuk Manis
‘’kamu
duluan saja sep, aku masih kenyang’’, sahutnya penuh lesu
‘’tapi
kamu harus makan’’
‘’aku
tau, nanti aku makan’’
sejak
kami ditangkap, manis tidak seceria dulu lagi, keindahan suara dan kecantikan
bulunya tertutupi oleh kedihan, setiap hari aku coba untuk membujuknya namun
tetap saja gagal. dahulu ketika kami masih tinggal dihutan kami beranggotakan
14 brung kenari diantaranya adalah aku dan manis kebahagiaan itu menghilang
saat manusia mengusik kebahagiaan kami, mereka menenebag hutan sehungga hutan
menjadi gundul dalam sekejap.
melihat
hal itu kami sebagai pellindung hutanpun tak tinggal diam,
‘’serang
mereka’’ teriak pemimpin
‘’maju’’,
teriak para kenari
sebagian
dari kami melempari manusia jahat itu dengan kotoran burung kenari yang banyak
terdapat di bawah pohon, sementara lainnya menyerang secara langsung dengan
sayap, para kenari betinapun mengorbankan telur mereka untuk dilemparkan kepada
manusia jahat itu.
namun
seluruh perjuangan kami sia-sia, kekuatan kami tidak sebanding dengan senjata
yang mereka bawa, alhasil banyak kenari yang terluka.
‘’mundur’’,
ajak pemimpin
semua
mundur dari penyerangan itu dan menjauh dari pohon tempat sarang kami berada,
saat harus menjauhi sarang para kenari sangat sedih karena ditempat itu banyak
ttersimpak kenangan yang begitu berharga, namun ini adalah pilihan terbaik agar
tetap dapat bertahan hidup.
dengan
ditujuan yang belum pasti para kenari termasuk aku dan Manis terbang kearah
selatan mengikuti arah mata angin, semua beharap akan mndapatkan sarang yang
lebih bagus lagi dari pada sarang sebelumnya.
takterasa
kami sudah terbang cukup jauh dari hutan kami belum menemukan tempat yang cocok
untuk kami tinggali. tanpa sengangaja kami menemukan kota sudah tua, kota itu cukup untuk
segerombolan burung kenari, hawanya panas dan sampah berserakan dimana-mana.
desebelah kanan kota itu bediri seperti tiang yang tinggi.
‘’apa
itu’’ aku bertanya
‘’itu
adalah cerobong asap’’ jawab ketua.
‘’kenapa
panas sekali’’
‘’karna
mengandung gas, ayo mendekat’’ ajak ketua
‘’tidak’’
‘’ayo,
itu adalah satu-satunya jalan untuk mencari hutan baru’’
walaupun
banyak yang tidak setuju tapi kami harus tetap melewati cerobong asap itu
karena disitulah satu-satunya jalan menuju hutan yang baru. kamipun mendekat
dan setelah cukup dekat dengan cerobong asap kami semua lemas
‘’asap
ini beracun’ teriak ketua
dalam
hitungan detik kami semua terjatuh dan semakin lemas. kami tidak mampu terbang
lagi, kepalakami menjadi berat serta mata kami berkunang-kunang.
ssssssssssstttttttttttt
saat
aku terbagun kami sudah berada didalam sangkar, sendiri tanpa gerombolan kenari
yang lain, aku semakin takut saat aku melihat mausia yang membawaku membawa
senapan. akupun hanya bisa pasrah, aku menatap langit-langit dan aku melihat
Manis, dengan sayapnya yang indah ia terbang, aku senagat senang karena ia
selamat dari asap beracun itu.
rupanya
yang melihat keindahan sayap manis tidak hanya aku, tetapi pmburu yang
menangkapku juga terpesona melihat sayap manis
‘dooooor’
suara
tembakan keluar dari snapan yang dibawa pemburu dan mengenai sayap Manis , manispun terjatuh, aku pun tak mampu
berbuat apa-apa,
begitulah
penglaman pahit kami berdua,sedih tanpa kebebasan terpenjara dalam sangkar
kecil ini, sejak saat itu manis sudah tidak pernah ternyum lagi bahkan pernah pada
malam hari ia mencurahkan seluruh isi hatinya dalam sebuah puisi
masih
menjadi harapan dan doa
tentang
alam yang indah dengan jutaan penghuninya
yang
lama kian menghilang
punah
tergerus kerusakah alam
kemana
aku harus pulang
hutan
kini menjadi bangunan
apakah
ini waktunya kenari harus musnah?
bosan
itulah yang kami sebagai burung didalam sangkar rasakan, kebebasan kami
dirampas dan populasi kamipun semaki sedikit, padahal fungsi kami sebagai
burung kenari adalah menyeimbangkan ekosistem, saat kami semua berada didalam
sangkar ekositem menjadi tidak seimbang, dan saat itulah krusakan alam akan
terjadi yang akan menjadi terror terbesar bagi manusia jahat.
No comments:
Post a Comment