Tuesday, January 13, 2015

CERPEN BURUNG DALAM SANGKAR

CERITA BURUNG DALAM SANGKAR

Setiap Makhluk hidup menginginkan sebuah kebebesan, dengan kebebasan segala bentuk eksprsi dapat di tercurahkan dengan utuh, kebebasan merupakan simbol kemerdekaan makhluk hidup, tidak ada seorangun yang dapat menggangunya karena itu adalah anugerah dari yang Maha Kuasa.
Namun faktanya tidak semua makhluk hidup memiliki kebebasan, salah satunya adalah aku, diriku tidak lain adalah seekor kenari kecil, manusia memanggilku dengan sebutan Asep, sejak dua bulan yang lalu aku habiskan waktu dalam sangkar yang kecil.  tentunya tidak sendiri aku ditemani Manis, ia tidak lain adalah burung tercantik di gerombolan kami, karena kecantikannya tak heran kenari jantan banyak yang jatuh hati padanya

‘’Manis, apakah sayapmu baik-baik saja’’, tanyaku pelan
‘’belum, tapi ini udah dapat digerakkan’’, sahut manis
sebelum kami berdua tertangkap, Manis ditembak oleh pemburu jahat, sayapnya robek sehingga ia tidak dapat terbang lagi, tidak hanya itu penderitaan manis selain tidak bisa terbang lagi kami masih harus tinggal disangkar yang sempit ini, sebagai kenari jantan aku dapat merasakan pendritaannya, ia tidak punya gairah hidup lagi.
‘’makanlah, sejak pagi kau belum makan’’, aku membujuk Manis
‘’kamu duluan saja sep, aku masih kenyang’’, sahutnya penuh lesu
‘’tapi kamu harus makan’’
‘’aku tau, nanti aku makan’’
sejak kami ditangkap, manis tidak seceria dulu lagi, keindahan suara dan kecantikan bulunya tertutupi oleh kedihan, setiap hari aku coba untuk membujuknya namun tetap saja gagal. dahulu ketika kami masih tinggal dihutan kami beranggotakan 14 brung kenari diantaranya adalah aku dan manis kebahagiaan itu menghilang saat manusia mengusik kebahagiaan kami, mereka menenebag hutan sehungga hutan menjadi gundul dalam sekejap.
melihat hal itu kami sebagai pellindung hutanpun tak tinggal diam,
‘’serang mereka’’ teriak pemimpin
‘’maju’’, teriak para kenari
sebagian dari kami melempari manusia jahat itu dengan kotoran burung kenari yang banyak terdapat di bawah pohon, sementara lainnya menyerang secara langsung dengan sayap, para kenari betinapun mengorbankan telur mereka untuk dilemparkan kepada manusia jahat itu.
namun seluruh perjuangan kami sia-sia, kekuatan kami tidak sebanding dengan senjata yang mereka bawa, alhasil banyak kenari yang terluka.
‘’mundur’’, ajak pemimpin
semua mundur dari penyerangan itu dan menjauh dari pohon tempat sarang kami berada, saat harus menjauhi sarang para kenari sangat sedih karena ditempat itu banyak ttersimpak kenangan yang begitu berharga, namun ini adalah pilihan terbaik agar tetap dapat bertahan hidup.
dengan ditujuan yang belum pasti para kenari termasuk aku dan Manis terbang kearah selatan mengikuti arah mata angin, semua beharap akan mndapatkan sarang yang lebih bagus lagi dari pada sarang sebelumnya.
takterasa kami sudah terbang cukup jauh dari hutan kami belum menemukan tempat yang cocok untuk kami tinggali. tanpa sengangaja kami menemukan   kota sudah tua, kota itu cukup untuk segerombolan burung kenari, hawanya panas dan sampah berserakan dimana-mana. desebelah kanan kota itu bediri seperti tiang yang tinggi.
‘’apa itu’’ aku bertanya
‘’itu adalah cerobong asap’’ jawab ketua.
‘’kenapa panas sekali’’
‘’karna mengandung gas, ayo mendekat’’ ajak ketua
‘’tidak’’
‘’ayo, itu adalah satu-satunya jalan untuk mencari hutan baru’’
walaupun banyak yang tidak setuju tapi kami harus tetap melewati cerobong asap itu karena disitulah satu-satunya jalan menuju hutan yang baru. kamipun mendekat dan setelah cukup dekat dengan cerobong asap kami semua lemas
‘’asap ini beracun’ teriak ketua
dalam hitungan detik kami semua terjatuh dan semakin lemas. kami tidak mampu terbang lagi, kepalakami menjadi berat serta mata kami berkunang-kunang.
ssssssssssstttttttttttt
saat aku terbagun kami sudah berada didalam sangkar, sendiri tanpa gerombolan kenari yang lain, aku semakin takut saat aku melihat mausia yang membawaku membawa senapan. akupun hanya bisa pasrah, aku menatap langit-langit dan aku melihat Manis, dengan sayapnya yang indah ia terbang, aku senagat senang karena ia selamat dari asap beracun itu.
rupanya yang melihat keindahan sayap manis tidak hanya aku, tetapi pmburu yang menangkapku juga terpesona melihat sayap manis
‘dooooor’
suara tembakan keluar dari snapan yang dibawa pemburu dan mengenai sayap  Manis , manispun terjatuh, aku pun tak mampu berbuat apa-apa,
begitulah penglaman pahit kami berdua,sedih tanpa kebebasan terpenjara dalam sangkar kecil ini, sejak saat itu manis sudah tidak pernah ternyum lagi bahkan pernah pada malam hari ia mencurahkan seluruh isi hatinya dalam sebuah puisi
masih menjadi harapan dan doa
tentang alam yang indah dengan jutaan penghuninya
yang lama kian menghilang
punah tergerus kerusakah alam
kemana aku harus pulang
hutan kini menjadi bangunan
apakah ini waktunya kenari harus musnah?

bosan itulah yang kami sebagai burung didalam sangkar rasakan, kebebasan kami dirampas dan populasi kamipun semaki sedikit, padahal fungsi kami sebagai burung kenari adalah menyeimbangkan ekosistem, saat kami semua berada didalam sangkar ekositem menjadi tidak seimbang, dan saat itulah krusakan alam akan terjadi yang akan menjadi terror terbesar bagi manusia jahat.

No comments:

Post a Comment